Pages

Subscribe:
Tangan Terkepal dan Maju ke Muka

Rabu, 23 November 2011

Menjadi Da'i/muballigh yang Professional

 "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui". (39:39)
Orang yang memiliki keahlian khusus dalam suatu bidang pekerjaan disebut profesional, sedangkan yang tidak ahli disebut konvensional atau tradisional atau amatiran.

Alquran menganjurkan agar dalam bekerja kita hendaknya profesional yaitu melakukan dengan sungguh–sungguh dan bertanggung jawab.
Menurut Alquran profesionalisme manusia akan dipertangungjawabkan sampai diakhirat nanti. ” setiap diri bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya (profesionalitasnya). (74:38) sehingga bagi seorang muslim memiliki nilai lebih dalam mempertaruhkan keprofesionallannya karena
ia memiliki keyakinan bahwa integritas dirinya tidak semata dipersembahkan untuk kebaikan bagi semua orang di dunia ini namun ia yakin integritasnya akan membawa kebaikan di akhirat nanti.
Setiap perusahaan yang ingin maju pasti membutuhkan tangan-tangan profesional dalam bidangnya, namun  belum cukup hanya sampai pada profesional dalam arti ahli dibidangnya. Masih memerlukan nilai luhur yang lain yaitu kejujuran. Profesional bisa dilatih dan bisa juga dibeli, namun kejujuran adalah harga yang sangat mahal yang diperlukan dimanapun dan kapanpun. Tanpa kejujuran, profesional tidak banyak berarti. Bahkan bisa menjadi bom waktu yang akan meledak pada waktu tertentu dan menghancurkan suatu sistem yang ada. Ahli-ahli korupsi tetap mengharapkan orang-orang yang bekerja dibawahnya harus jujur disamping profesional. Oleh karena itu profesioanlisme dalam Alquran memiliki akar yang kuat karena  seorang muslim dituntut untuk bekerja dengan baik, jujur dan penuh tangungjawab. Karena telah terpatri dalam dirinya bahwa yang mengawasinya bukan saja atasanya ditempat ia bekerja namun merasa dipantau oleh ”Atasan” yang serba Maha, yaitu Allah swt.

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasuln-Nya serta orang–orang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan pada Allah dan diperlihatkan hasil pekerjaannya" (9:105)

Dalam konteks bahasa Indonesia, ada aksentuasi yang berbeda antara kata beramal dan bekerja. Beramal biasanya digunakan untuk menyebutkan pekerjaan yang balasannya berupa pahala dari Allah, sedangkan bekerja biasanya dipakai untuk menyebutkan pekerjaan yang mengandung adanya upah. Singkatnya barangkali orang-orang yang melakukan aktifitas diperkantoran atau dimanapun yang memang ada unsur upahnya dan bisa untuk nafkah hidup dinamakan pekerjaan. Sedangkan hal-hal atau pekerjaan yang berkaitan dengan ibadah, seperti shalat, sedekah, berbakti pada kedua orang tua, disebut beramal. Sedangkan dalam Alquran tidak pernah membedakan antara beramal dan bekerja, semua aktifitas manusia adalah pekerjaan, dan setiap pekerjaan pasti mengundang satu diantara dua balasan, yaitu dosa atau pahala. Jadi orang-orang beriman berkeyakinan bahwa segala gerak-gerik dan pekerjaannya adalah memiliki konsekuensi. Maka mukmin yang sejati akan selalu menunjukkan pekerjaannya agar dapat memberikan yang terbaik. Ia ingin menjadi “sabiquuna fil khaerat”  yaitu lebih dulu dan aktif dalam berbuat kebajikan (35:32). Mukmin sejati akan selalu memenuhi komitmen-komitmen yang telah dibuat dengan manusia. “ hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu,…(5:1). Ia akan jujur dalam berdagang, bekerja, dan bergaul. Jika ia menjadi da’i (mubaligh) maka ia akan menjadi da’i yang selalu siap berdakwah diminta atau tidak diminta ia akan meluangkan waktunya untuk dakwah karena ia yakin dakwah adalah kewajiban. Jika dirinya menjadi pejabat, maka ia tidak akan terlalaikan oleh jabatannya. Jabatan baginya adalah amanah dan kesempatan untuk  berbuat lebih baik lagi. Jika ia menjadi pemimpin maka ia kan sanggup mengucapkan “innalillah wa inna ilaihi rajiun”, semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah (2:156). Jauh dari keinginan bersenang-senang diatas penderitaan rakyat, bahka ia akan mengedepankan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
Pada  akhirnya tinggi derajatnya seseorang ditentukan oleh nilai-nilai profesionalitasnya dalam bekerja.
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat sesuai dengan kerjaannya dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan" (6:132)
Mukmin profesional akan lebih dahsyat bekerja karena ia tidak hanya menunjukkan keahlian dalam bidangnya namun juga akan membuktikan kejujurannya karena ia menjadikan Allah sebagai pengawasnya sehingga tidak punya ruang untuk berbuat bodoh, berlaku curang dan maksiat. Apapun pekerjaan yang dilakukan akan selalu berada dalam kebaikan dan kebenaran karena mukmin profesional telah tertanam dalam dirinya bahwa ia bekerja pada Allah. Sebuah keyakinan yang melampaui batas-batas  yang umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makalah IAD/IBD/ISD

slide fotoku

Your Slideshow Title: Me’s trip to Samarinda, Borneo, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Samarinda slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.